Kategori Berita

ZMedia

Mengenal Sejarah Peradaban Islam di Andalusia

Faisol abrori
Berita ambon Berita maluku
Kamis, 28 Januari 2021

Sejarah peradaban Islam di Andalusia

Sejarah Peradaban Islam di Andalusia - Andalusia adalah “Islamic Spain” yaitu seluruh wilayah di Semenanjung Iberia yang pernah dikuasai umat muslim yang terletak disebelah barat daya benua Eropa pada masa jayanya sejak dari Selat Gibraltar sampai ke pegunungan Pirenian di Utara. Wilayah Andalusia mencakup pulau Cordova, Malaga, Seville, Saragosa dan Tolledo (Shiddiqi, 1986). 

Islam masuk di Andalusia sejak masa Khalifah Daulah Umayyah Al-Walid yang berpusat di Damaskus. Pada awal-awal umat Islam di Andalusia, islam menjadi kaum minoritas dalam hal jumlah. Jarak yang begitu jauh dari pusat Peradaban Islam di Timur (Syiria-Hijaz) yang menyebabkan pertambahan penduduk Muslim berjalan relatif lambat dan karena itu juga penanaman pengaruh dan penyebar luasan penggunaan Bahasa Arab juga berjalan dengan lambat. Namun, Islam dapat mengendalikan kekuasaan politik dan kekuatan militer disana. 

Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga tokoh Islam yang paling berjasa ialah Tharif Ibn Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa ibn Nushair yaitu gubernur Islam di Afrika Utara dan ia juga di juluki sebagai “si penyokong keberhasilan ekspansi Islam di Spanyol”. 

Tharif Ibn Malik bisa disebut sebagai perintis dan penyelidik, ia berhasil menyebrangi selat antara maroko dan benua Eropa bersama dengan pasukan perangnya yang berjumlah lima ratus orang dan diantarnya adalah tentara berkuda dengan menaiki empat kapal yang telah disediakan oleh Julian. 

Dalam ekspedisinya Tharif dan pasukannya berhasil tanpa mendapatkan perlawanan dan kembali ke Afrika Utara dengan membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif ibn Malik serta kemelut yang terjadi pada kerajaan Visigothic yang saat itu berkuasa di Spanyol, serta dorongan besar untuk mendapatkan harta rampasan perang, membuat Musa ibn Nushair memutuskan untuk mengutus Thariq ibn ZIyad dan mengiriminya dengan pasukan Islam sebanyak 7000 orang ke Spanyol pada tahun 711 M untuk menyerang Andalusia(Spanyol). 

Thariq Ibn Ziyad atau yang dikenal sebagai “sang penakluk Andalusia” yang karena pasukannya besar dan hasilnya tampak lebih nyata. Pasukannya merupakan sebagian besar dari suku Barbar yang di dukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian orang Arab yang di kirim oleh khalifah al-Walid. Thariq dan pasukannya berhasil menyebrangi selat yang terletak diantara Maroko dan Benua Eropa. Mereka mendarat di sebuah gunung yang kemudian dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq) disana Thariq menyiapkan  para pasukannya. 

Thariq beserta pasukannya berhasil mengalahkan Raja Roderick.  Kemenangan inilah yang menjadi modal bagi mereka untuk memulai menaklukkan kota￾kota penting seperti Cordova, Granada, dan Toledo (Ibu kota kerajaan Goth saat itu). 

Perkembangan Islam di Andalusia 

Sejarah peradaban Islam di Andalusia

Islam berada di Spanyol selama sekitar tujuh setengah abad. Islam memiliki  peranan yang besar pada saat itu, baik dalam bidang intelektual (Filsafat, sains,  fikih, musik dan kesenian, serta Bahasa dan sastra) dan juga kemegahan bangunan  fisik (Cordova dan Granada). Adapun sejarah perkembangan umat Islam di  Andalusia dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu:

1. Periode pertama (711-755 M) 

Andalusia pada periode ini masih berada dibawah pemerintahan para wali  yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damasku. Pada  periode itu pula stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara  sempurna, masih banyak konflik-konflik yang datang baik dari dalam maupun  dari luar. Gangguan dari dalam berupa perselisihan antara elite penguasa, dan  terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan Gubernur  Afrika Utara yang berpusat di Khairawan. Dan juga terjadi perbedaan etnis  antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab yang sering menimbulkan konflik  politik dan utamanya pada masa itu tidak terdapat seorang figure/penguasa yang  tangguh, dan tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya  dalam jangka waktu yang panjang.7 Sedangkan gangguan dari luar berasal dari  sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang tinggal di daerah pegunungan. 

2. Periode kedua (755-912M)

Pada periode ini Andalusia dipimpin oleh seseorang yang bergelar amir (seorang panglima atau gubernur) yang tidak tunduk kepada pemerintahan Islam yang saat itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Penguasa-penguasa Spanyol pada masa ini yaitu : Abdurrahman Ad-Dakhil (755-788M), Hisyam Abdurrahman yang dikenal dengan Hisyam I (788-796M), Hakam I, Abdurrahman Al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad. Pada masa itu umat Islam mengalami kemajuan dibidang politik dan peradaban, antara lain: 

  • Abdurrahman Ad-Dakhil berhasil mendirikan masjid Cordova dan mendirikan pusat-pusat pendidikan yang berada di kota-kota besar di Andalusia. 
  • Hisyam dikenal karena jasanya dalam menegakkan hukum Islam. 
  • Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Serta, 
  •  Abdurrahman Al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta Ilmu dan pada masanya mulailah bermunculan pemikiran filsafat.

 Namun pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu disebabkan kemunculan gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan (Martyrdom).9 Dan gangguan politik yang paling serius diakibatkan karena umat Islam Sendiri. Salah satunya yaitu pemberontakan yang dipimpin oleh Hafsun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga.10 Sementara itu, perselisihan antara bangsa Bar-bar dan bangsa Arab masih sering terjadi.

3. Periode ketiga (912-1013M) 

Merupakan masa keemasan yang berada dibawah pemerintahan khalifah Abdurrahman III atau An-Natsir. Umat islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah Baghdad. Salah satu kebijakan yang diterapkan adalah dengan membagi anggaran negara menjadi 3, untuk administrasi negara, untuk pembangunan, dan untuk kesejahteraan rakyat. 

4. Periode keempat (1013-1086)

Pada periode ini Andalusia terpecah menjadi 30 negara kecil dibawah  pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukut Thawaif (dinasti-dinasti kecil)  antara lain: 

a. Bani Abbad di Sevilla 

b. Bani Hud di Saragosa 

c. Bani Zun Nun di Toledo 

d. Bani Ziri di Granada 

e. Bani Hammud di Cordoba dan Malaga.

Pada periode ini umat Islam di Andalusia kembali memasuki pertikaian intern.  Ironisnya jika terjadi perang saudara, diantara pihak-pihak yang bertikai itu ada  yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Namun pada periode in,  kehidupan intelektual terus berkembang. 

5. Periode kelima (1086-1248 M) 

Pada periode ini Islam di Andalusia masih mengalami perpecahan. Namun  terdapat hemegoni dari kekuasaan dinasti Muwahhidun (1446-1235) yang  menjadi sumber kekuatan. Dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah  sehingga mengakibatkan beberapa wilayah Islam jatuh ketangan Kristen.  

Cordova jatuh ketangan Kristen pada tahun 1238, dan sevilla jatuh pada tahun  1248. Hampir seluruh wilayah Islam di Andalusia lepas kecuali Granada. 

6. Periode keenam (1248-1492 M) 

Pada periode ini Islam hanya berkuasa di Granada dibawah dinasti Ahmar  (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan, tetapi secara politik  dinasti ini hanya berkuasa di wilayah kecil. Pada periode ini kekuasaan Islam di  Andalusia berakhir akibat serangan-serangan kaum Kristen. 

Demikian sejarah peradaban Islam di Andalusia. Semoga bermanfaat, jangan lupa share kepada teman-teman kalian 

>