Kategori Berita

ZMedia

Menikmati Pantai Papuma, Primadona Wisata Kabupaten Jember dengan Sejuta Pesona

Faisol abrori
Berita ambon Berita maluku
Rabu, 30 Juni 2021


Source : alvindayu.com

"Sol, wisata di Jember ada apa saja sih yang bisa mas kunjungi kalau ke sana?" Tanya seorang teman melalui voice chat di telegram. Spontan aku menjawab "Pantai Papuma". Jujur, keindahan pantai ini tidak bisa ditutupi, dan semua orang yang berkunjung ke Jember, wajib rasanya untuk mencicipi indahnya pariwisata ini.

Parade karnaval "JFC (Jember Fashion Carnival)" besutan almarhum Dynand Fariz, sepertinya sukses membawa Jember menjadi tempat incaran wisatawan domestik maupun mancanegara. Bukan tanpa alasan, ajang JFC bahkan disebut-sebut sebagai karnaval terbesar ketiga di Dunia. Wow.

Jember, sebuah kabupaten yang berada di pesisir pantai selatan Jawa ini, menyimpan banyak sekali tempat wisata yang hits, dan salah satu yang sangat ikonik adalah pantai Papuma.

Tanjung Papuma atau yang akrab dipanggil pantai Papuma ini membentang sejauh 35 hektar, dan menjorok 25 hektar ke laut. Pantai indah ini berlokasi di Jl. Raya Lojejer, Area Kebun, Lojejer, Wuluhan, Kabupaten Jember, Jawa Timur 68162. Papuma sendiri merupakan singkatan dari "Pasir Putih Malikan" karena pantai ini identik dengan pasir putihnya yang khas dan indah, dengan view yang begitu memukau, ditambah adanya batu Malikan yang kokoh nan eksotis di tengah-tengah pantai menjadikan pantai ini begitu istimewa.

Apa yang istimewa dari pantai ini?

Source: wongjember
Sebagai orang Jember, ada rasa kebanggaan tersendiri berada satu tanah dengan tempat surgawi bernama Pantai Papuma. Bisa aku katakan, ini merupakan tempat romantis yang Tuhan ciptakan untuk warga Jember, dan orang-orang yang sedang mengunjungi Jember. Terbukti, setiap menjelang tahun baru, tempat ini selalu ramai dikunjungi wisatawan.

Deburan ombaknya memang cukup besar, karena secara ekologi, memang ombak-ombak di pantai Selatan Jawa cenderung lebih tinggi daripada pantai Utara Jawa, namun hal itu tidak mengurangi kenikmatan pemandangan yang bisa kita cicipi.

Di dalam kawasan pantai Papuma, terdapat menara siti hinggil. Di sinilah kita bisa menikmati keindahan pantai Papuma dari ketinggian. Menara ini didesain dengan cukup baik, indah, setiap anak tangganya dicat dengan warna yang menyerupai pelangi. Ketika sampai di atas, kalian akan tersenyum menikmati keindahan alamnya.

Dokumen pribadi 
Nah bisa kalian lihat, pantai Papuma memiliki ciri khas yang unik, yakni adanya gugusan batu besar, masyarakat menyebutnya pulau atau gunung kecil. Total ada 7 gunung kecil, dan jika dilihat dari sudut tertentu akan terlihat sederet. Batu-batu tersebut memiliki nama uniknya sendiri-sendiri, lho. Dan hanya satu batu yang tidak diberi nama, konon pulau atau batu tanpa nama tersebut dihuni banyak ular, sehingga masyarakat tak diperbolehkan menuju ke sana.

Secara keseluruhan, tumbuhan di sekelilingnya, maupun pepohonan yang terlihat dari kejauhan, masih sangat terjaga dengan lingkungan sekitar. Kita akan melihat perpaduan hijau dan biru sejauh mata memandang sekeliling pantai ini. Selain keindahannya yang menghipnotisku, ada juga festival tahunan di daerah pantai Papuma yang semakin membuat aku takjub.

Namanya Festival Waton, Festival-nya Masyarakat Pandhalungan

Nah, di tempat yang sama, kebetulan sedang diadakan sebuah Festival Waton Jember. Bagaimana aku nggak takjub, aku bahkan melihat festival ini yang notabene-nya hanya diadakan satu kali dalam setahun pada 2019 silam. Sekadar flashback, aku ingin berbagi pengalaman, tepatnya waktu festival ini dilaksanakan pada Minggu, 22 Juni 2019.

Festival Waton merupakan singkatan dari Watu Ulo Pegon. Disebut demikian, karena parade ini mempertontonkan pegon (transportasi tradisional mirip delman, namun menggunakan tenaga sapi) pada hari ketujuh setelah lebaran. Festival ini sangat identik dengan masyarakat Pandhalungan.

Sekadar informasi, masyarakat Pandhalungan berarti masyarakat "campuran". Seperti yang kita ketahui, masyarakat Jember secara keseluruhan merupakan pendatang dari berbagai daerah, lalu menetap di sini. Orang-orang Jember pun terbiasa menggunakan dua bahasa, Jawa dan madura yang dicampur sesuai kebiasaan setempat. Hal itu sudah lumrah terjadi. Menurut aku, ini budaya yang sangat berharga dan harus dijaga untuk anak cucu kita.

Selain bahasa, masyarakat Pandhalungan juga memiliki berbagai keunikan lain di bidang budaya, seperti adanya reog, dan beberapa tarian yang bercampur dengan indah. Oh, inilah seni yang sesungguhnya.

Di jalanan, mataku terfokus pada satu objek. Terlihat seperti ondel-ondel, namun berbeda. Apa itu ya?

Itu namanya Ta'-Bhuta'an (Boneka Raksasa). Boneka ini memiliki ukuran yang tinggi dan besar, dan kalau kita perhatikan, kedua tangannya diikat. Nah, itu memiliki filosofi berarti mengikat hawa nafsu. Festival ternyata ini masih kental dengan budaya dan tradisi yang Jember banget, ya! Kalian harus ke sini untuk foto langsung dengan boneka raksasanya. Hehehe

Yasssh! Aku rasa ini adalah kombinasi yang pas antara keindahan alam dan kultur masyarakat sekitar dengan kebudayaan yang didesain sedemikian rupa, dan sukses membuat aku benar-benar bangga menjadi orang Jember. Kalau kalian jalan-jalan ke Jember, jangan lupa mampir langsung ya! Selamat menikmati keindahan Papuma!

Artikel ini diikutsertakan dalam kompetisi blog EsaUnggul #IniKotaku #EsaUnggul 

Universitas EsaUnggul sendiri merupakan perguruan tinggi yang menerapkan standar-standar perguruan Internasional untuk menghasilkan output pendidikan yang maksimal. Di sini, tersedia banyak media penunjang untuk kegiatan kemahasiswaan, untuk menghasilkan mahasiswa berdaya saing global. 

>