Kategori Berita

ZMedia

Karena Mencintaimu Tak Akan Menghukumku (Lex Imperfecta)

Faisol abrori
Berita ambon Berita maluku
Selasa, 10 Agustus 2021


"Jika urusan cinta adalah lex imperfecta, maka cinta tidak akan memberi sanksi kepada pelakunya" - yuridis.com

Anak hukum punya cara tersendiri untuk mengungkapkan apa yang disebut sebagai "cinta". Banyak orang yang bicara cinta, tapi tak tahu apa esensi cinta itu sendiri. Nah, beberapa waktu lalu, saya membaca story wa teman saya, disitu ada teori cinta stenberg. Ini menurut saya cukup menyentuh.

Teori Cinta Stenberg : Cinta bukanlah suatu kesatuan tunggal, melainkan gabungan dari berbagai perasaan, hasrat, dan pikiran yang terjadi secara bersamaan, sehingga menghasilkan perasaan global.

Jadi, cinta itu sekumpulan rasa, kadang kita gemes, kadang marah, kadang juga kangen kepada seseorang. Itu semua merupakan "spektrum rasa" yang digunakan oleh manusia untuk menunjukkan cinta.

Dalam artikel kali ini, saya ingin memberikan pandangan cinta ditinjau dari sudut pandang "hukum". Saya menyebut cinta adalah bagian dari Lex Imperfecta.

Apa Itu "Lex Imperfecta"?

Seperti yang kita ketahui bersama, setiap perilaku manusia adalah hukum, segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan adalah hukum. Kita semua terikat oleh hukum. Bahkan di alam liar pun, ada hukum, yakni hukum rimba.

Hukum itu adalah seperangkat aturan yang berlaku, yang bersifat mengikat, dan ada sanksi bagi yang melanggarnya. Yang menjadi pertanyaannya, apakah semua hukum begitu? Ternyata ada yang disebut "Lex Imperfecta" atau hukum tanpa sanksi.

Lex Imperfecta (Hukum Tanpa Sanksi)

Hukum tanpa sanksi atau Lex Imperfecta adalah prosedur yang ditaati, namun tidak ada wujud sanksi bagi yang melanggarnya. Parameternya sendiri berupa hati dan nurani. Contoh mudahnya ketika berangkat ke sekolah dengan jalan kaki, maka kita harus berjalan di trotoar. Kita tidak akan mendapatkan sanksi jika tidak berjalan di trotoar, namun resiko ditanggung sendiri, yakni kecelakaan.

Hukum positif tidak mengatur tentang cinta. Memang, karena wujud cinta itu sangat beragam bentuknya, setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkannya, sehingga nihil kemungkinan untuk menciptakan regulasi akan hal itu. Ataupun jika manusia memaksa ingin membuat aturan tentang cinta, saya yakin itu akan menjadi "eternal project" atau proyek abadi yang tidak akan habis masanya.

Sebenarnya, cinta itu sederhana, yang "bikin ribet" kan manusianya. Rumus cinta memang sangat mudah. "Jika kalian merasa sayang, simpati, terpesona, hasrat, maka itulah cinta. Cinta bukanlah satu musuh yang harus diperangi, bukanlah suatu ancaman yang menakutkan, tidak. Justru cinta adalah anugerah. Ia adalah pemberian Tuhan yang menyadarkan kita bahwa memiliki perasaan itu penting"

Pernah suatu ketika, Socrates ditanya. Kenapa manusia mencintai? Ia menjawab "cinta adalah nature dari surga, ia ingin selalu melampaui mortalitas ketubuhannya, ia ingin mencapai kesempurnaan itu”.

Love me! And i'll love you more. I love you, until the law asks me to stop. But it never ends. It's Eternal.

>