Kategori Berita

Blogger JatengInovasi VIO Optical Clinic Untuk Penglihatan Yang Lebih Baik

Deklarasikan Hari Bahagia Bersama, Buktikan Kunci Bahagia Itu Sederhana : Berbagi

Faisol abrori
Berita ambon Berita maluku
Rabu, 08 September 2021

Kebahagiaan adalah esensi hidup. Saya yakin, setiap manusia ingin bahagia dalam hidupnya. Nah, tepat pada 7 September 2021, JNE mendeklarasikan Hari Bahagia Bersama dengan menyelenggarakan peluncuran buku "Bahagia Bersama" secara virtual. Acara ini sekaligus merupakan bagian dari perayaan ulang tahun JNE ke-31.

Acara tersebut mendatangkan 6 pembicara hebat, yakni Presiden Direktur JNE M. Feriadi Soeprapto, Maman Suherman penulis buku dan penggiat literasi, Muhammad “MICE” Misrad kartunis, Andy F. Noya, Melanie Subono, serta Ivan Gunawan, yang bener-bener memberikan "positive vibes" kepada semua orang, khususnya saya pribadi.

“Sebuah kehormatan dapat menjadi penulis Buku Bahagia Bersama dan turut menularkan prinsip serta nilai-nilai berbagi yang membawa perubahan menjadi lebih baik lagi bagi individu mau pun masyarakat luas”. Jelas kang Maman Suherman, selaku penulis buku Bahagia Bersama.

Menurutnya, berbagi agar mendapat kebahagiaan itu perlu dilakukan sebanyak mungkin oleh orang-orang, baik dalam keadaan lapang, bahkan hingga kondisi sempit sekalipun. Karena berbagi itu adalah hal sederhana, namun berdampak luar biasa bagi si pemberi maupun penerima.

Happiness could be such a simple thing, dimana kebahagiaan sendiri bisa kita dapatkan dengan berbagi apapun kepada siapapun. Ya, kuncinya berbagi, meskipun itu hal sederhana, bisa jadi itu adalah hal besar bagi orang lain.

Bagaimana Pandangan Saya Mengenai "Happiness" (kebahagiaan) ?

 Sebagai anak hukum, kita mengenal "Homo Homini Socius" artinya manusia adalah teman bagi manusia yang lain. Itu berarti, saya memiliki kewajiban moral untuk menjadi teman sekaligus tempat paling nyaman untuk orang lain. Saya percaya, ketika kita membagi kebahagiaan kepada orang lain, rasa bahagia yang awalnya hanya satu (saya rasakan sendiri), bertambah menjadi dua (karena dirasakan bersama-sama).

Berbuat baik bagi saya tidak ada batasannya. Saya sudah membuktikan sendiri, semakin kita berbuat baik untuk orang lain, secara tidak langsung mereka pun akan mendoakan kebaikan untuk kita. Itulah alasan saya menulis di blog. Karena saya ingin berbagi dengan cara menulis tulisan yang tidak seberapa ini, agar ini bisa menjadi kebaikan untuk siapapun.

Berbagi : Haruskah Menunggu?

Ini yang menarik, sebab banyak orang beranggapan, bahwa untuk berbagi harus menunggu terlebih dahulu, sampai dirinya yakin benar-benar sejahtera. Orang-orang dengan tipe seperti ini akan cenderung menunggu, menunggu, dan menunggu. Ketika ditanya "kapan kamu akan berbagi?" Ia akan menjawab "Tunggu dulu, karena gajiku belum cukup nih." Ketika gajinya sudah cukup, ia kembali menjawab "Tunggu dulu, aku kan belum punya motor". Ketika ia punya motor dan ditanya kembali, ia terus menjawab "Tunggu, aku masih belum punya rumah", dan seterusnya. Seakan pertanyaan itu tidak memiliki jawaban akhir, padahal kita tidak pernah tau, kapan hidup akan berakhir.

Sebenarnya, orang yang seperti itu lupa akan esensi berbagi. Dalam semua kitab suci, disitu "dijanjikan" bahwa segala yang dibagikan kepada orang lain, akan dilipatgandakan oleh Tuhan. Ini bukan bermakna kita hanya fokus berbagi saja, untuk melipatgandakan sesuatu, bukan seperti itu. Maksudnya, kita harus yakin bahwa dengan berbagi tidak akan membuat kita jatuh miskin.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, berbagi tidak melulu soal "uang atau harta". Kita memiliki keterampilan saja, itu bisa kita bagikan. Kita mampu berbahasa Inggris, kita berbagi tentang itu. Kita memiliki keterampilan menjahit, kita bisa membagikan itu. Inilah makna berbagi itu mudah.

Sehingga benar, sebuah Quote dari Pierre Corneille yang berbunyi "Happiness is meant to be shared" dimana ketika kita berbagi, kita bisa membuat orang lain ikut bahagia. 

 Mengapa Banyak Orang Kaya Tapi Tidak Bahagia? 

Pernah berpikir demikian? Faktanya, kita pasti pernah menemukan banyak orang kaya yang uangnya mengalir hingga tujuh turunan, namun dalam hatinya serasa "ada yang kosong". Atau realitanya, tidak usah jauh-jauh, seberapa banyak kita melihat orang-orang yang sudah kaya secara materi, namun masih saja korupsi. Bukankah seharusnya banyak uang artinya bahagia? Kenapa ini justru terbalik?

Tidak melulu begitu. Andy F. Noya, Jurnalis sekaligus founder Benihbaik.com menjelaskan bahwa ada satu tahap di atas sukses, yakni "signifikan". Yakni dimana hidup kita, bukan hanya untuk kita, tapi juga untuk orang lain. Di situlah sebenarnya kita bisa menemukan kebahagiaan sejati.

Acara inspiratif ini tidak hanya berhenti disitu saja, kita diajak untuk belajar arti berbagi dari beberapa narasumber, salah satunya Melanie Subono, dengan gerakan "Rumah Harapan Melanie" nya.

Rumah Harapan Melanie : Jangan Mati Sebelum Berguna!

Gerakan Rumah Harapan Melanie sendiri telah berdiri sejak 14 tahun silam. Awalnya, gerakan ini berisi langkah-langkah kecil, yakni dimulai dengan mewujudkan "hal-hal terkecil yang diinginkan oleh orang yang membutuhkan", misal seperti ingin kaos, dan lain sebagainya. Sehingga, Melanie Subono menemukan sebuah panggilan hati, "Ternyata nyenengin itu nggak perlu uang".

Ia pun mengajak untuk orang lain untuk berbagi sesuatu, meskipun terlihat kecil, tapi itu bisa membantu orang lain. Sebuah contoh, ia mengasumsikan, bahwa 2 bungkus mie instan saja, yang kita bagi kepada keluarga yang membutuhkan, itu bahkan bisa menyambung kehidupan mereka.

Artinya, kita tidak boleh meremehkan suatu hal yang menurut kita kecil, karena bagi orang lain, bisa saja hal itu sangat berarti. Sehingga dengan demikian, tak ada lagi alasan untuk tidak berbagi. Karena berbagi bisa kok, dimulai dengan Rp2000, Rp5000, dan seterusnya. Dengan begitu, kita bisa mentransfer kebahagiaan kepada orang banyak. See? Segampang itu bikin orang lain bahagia

Ivan Gunawan : Di dalam Harta Kita, ada Hak Orang Lain

Ketika Ivan Gunawan yang akrab dipanggil Igun ini ditanya, apa makna kebahagiaan secara ia pribadi? Ia menjawab, kebahagiaan yang dibagi. Ketika kita punya makanan, lalu kita makan sendiri, itu tidak menyenangkan. Baru ketika kita mengajak orang lain untuk makan bersama, ikut memberi suapan kepada yang di depan, yang di samping, it's so funny. Life that simple, sambungnya.

Yang saya suka dari "speech" dia kali ini, Igun menyatakan "Di zaman ini, kita sudah tidak perlu lagi cari muka kepada manusia. Tapi bagaimana tangan kita memberi, dimana kaki kita melangkah, di situlah Tuhan yang tahu, sebenarnya hatinya seperti apa." Jelasnya. Ini bisa mengajarkan kita untuk membiasakan ikhlas dan tulus dalam berbagi. 

Ia pun juga kembali menjelaskan bahwa di dalam harta kita, itu ada sebagian yang menjadi hak orang lain, sehingga harus dibagikan untuk membantu kemanusiaan dan mereka yang membutuhkan uluran tangan.

Berbagi, Kebahagiaan, dan Sekelumit Keajaiban Tentang Keduanya

Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk berbagi. Ada yang dengan berbagi materi, seperti uang, berdonasi, dan lain sebagainya. Ada juga yang berbagi non-materi, seperti berbagi buku, bernyanyi untuk orang lain, dimana semua hal ini merupakan "hal simpel" yang secara tidak langsung membahagiakan kita sendiri terlebih orang di sekitar kita.

“Dalam menjalankan bisnis, JNE memiliki tagline “Connecting Happiness” yang berarti mengantarkan kebahagiaan. Maknanya sangat luas, sehingga jika bicara tentang JNE, maka bukan hanya tentang pengiriman paket, namun dalam berbagai aspek kehidupan. “Bahagia Bersama” adalah hasil yang dituju dari prinsip Berbagi, Memberi dan Menyantuni yang selama ini JNE jalankan”.

Pendiri JNE, Alm. H. Soeprapto Soeparno sudah membiasakan prinsip tersebut sejak awal berdirinya JNE, bahkan hingga kini, spirit tersebut tetap dijaga dan dikembangkan untuk memperoleh keberkahan yang sebanyak-banyaknya. Prinsip ini bahkan membawa perubahan yang besar bagi perkembangan perusahaan jasa pengiriman ekspres dan logistik nasional JNE.

Makna Connecting Happines Bagi JNE

Siapa yang tak senang ketika mendengar "PAKEEETT". Kalau saya pribadi senengnya bukan main. Saya keluar rumah dengan wajah sumringah, sambil mengucapkan terima kasih kepada bapak kurir JNE. Itulah makna connecting happiness yang diusung JNE selama ini.

JNE sebagai connector (penghubung) yang dalam hal ini,menghubungkan antara pengirim dan penerima paket. Penjual akan bahagia karena barang dagangannya sampai dengan selamat, pembeli juga senang barang yang dipesan sudah datang. Dan tentu JNE juga bahagia karena telah memberikan pelayanan terbaik untuk membahagiakan kedua belah pihak. It's such a wonderful life.

Peluncuran Buku "Bahagia Bersama"

Buku Bahagia Bersama
Momen ini adalah momen peluncuran buku "Bahagia Bersama". Buku ini dapat kalian beli secara offline di toko buku Gramedia dan juga secara online melalui website gramedia.com serta toko resmi JNE di Tokopedia dan Shopee. Berbagai program menarik terkait buku Bahagia Bersama pun dapat diikuti semua orang melalui akun resmi sosial media JNE.

Dalam acara yang berbalut kebahagiaan ini, saya mendapatkan banyak insight baru seputar arti kehidupan yang sesungguhnya. Saya belajar, bahwa bahagia itu sederhana,. Saya akan berusaha menjadi orang paling bahagia versi saya sendiri, dengan cara sendiri, dan begitupun kalian semua. We deserve to be happy. That's it.

Kak, Jangan Lupa Bahagia :)

>