Kategori Berita

ZMedia

Mengobati Overthinking dengan Stoikisme, Proses Menemukan Hidup Bijak dan Bahagia

Faisol abrori
Berita ambon Berita maluku
Selasa, 10 Mei 2022



"Manusia menaklukkan dunia dengan menaklukkan dirinya sendiri" -Zeno 

Zeno sendiri, merupakan seorang pedagang yang melakukan perjalanan dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain, pada abad ke 3 Sebelum Masehi. Dengan aktivitas jual-beli inilah, Zeno dikenal sebagai orang yang berkelimpahan harta. Suatu ketika di tengah perjalanannya menuju Peiraeus, kapal yang ia naiki karam, beruntung ia selamat sampai di Athena. Namun nahas, seluruh harta kekayaan yang dimilikinya, tenggelam ditelan lautan.

Bagaimana jika kita kehilangan seluruh harta kita dalam sekejap seperti yang terjadi pada Zeno? Bagaimana reaksi kita?


Mungkin sebagian di antara kita menjawab "sedih", "marah", atau bahkan "frustasi". Manusia pada umumnya akan mengalami rasa terpuruk luar biasa ketika mengalami perubahan kehidupan drastis seperti yang dialami Zeno. Namun, ternyata hal ini tidak berlaku untuk Zeno, Bapak Pendiri Filsafat Stoikisme.

"A bad feeling is a commotion of the mind repugnant to reason and against nature" (Perasaan buruk adalah kekacauan pikiran akibat menolak akal dan melawan alam) - Zeno

Zeno


Dalam perjalanannya bertahan hidup dalam kemiskinan, Zeno sering mengunjungi seorang penjual buku di Athena. Di masa-masa inilah, ia menemukan Memorabilia Xenophon, sebuah buku yang membuat ia mengenal Socrates dan filosofinya. Pandangan-pandangan dan pemikiran Socrates mengenai hakikat kehidupan berdasarkan pendekatan rasionalitas dan kajiannya mengenai kebahagiaan dan kebaikan, sukses membuat Zeno tertarik untuk mempelajarinya lebih dalam, sehingga ia menanyakan kepada penjual buku tersebut mengenai kemana bisa menemukan seseorang yang memiliki pemikiran serupa. 

Penjual buku tersebut memberitahu kepada Zeno tentang seseorang bernama Crates dari Thebes, seorang filsuf sinisme. Zeno pun mencari Crates dan berguru kepadanya untuk memperdalam ilmu filsafat. Ia kemudian mengajar di Stoa Poikile (Teras Berwarna). Itulah asal muasal pemikiran filsafat ini dinamakan filsafat stoicism atau filsafat teras.

Stoa poikile
Salah satu pemikiran paling mencolok dari stoikisme adalah bagaimana seorang manusia memilih sikap hidup dengan menekankan apateia atau bisa diartikan ketenangan/kontrol diri penuh, hidup pasrah menerima keadaannya di dunia. Sikap tersebut dianggap sebagai cerminan dari kemampuan logika manusia, bahkan dimaknai sebagai kemampuan tertinggi dari segala hal.

"You have power over your mind, not outside events" (kamu memiliki kekuatan atas apa yang kamu pikirkan, bukan peristiwa yang terjadi di luar) - Marcus Aurelius

Melalui kutipan ini, Marcus Aurelius ingin memberitahu kita bahwa sebenarnya kita-lah yang memiliki kendali penuh atas apa yang kita pikirkan dan hal itulah yang nantinya membawa kita menjadi seseorang yang kita inginkan, terlepas dari hal buruk apapun yang terjadi di sekitar kita, bila kita mampu memfilter apa yang pantas masuk pada diri kita, dan apa saja yang tak pantas pada diri kita, maka kita akan mencapai ketenangan hidup.


Marcus Aurelius

Marcus Aurelius sendiri merupakan seorang kaisar Romawi yang memimpin pada 161-180 SM. Ia menggunakan kekuasaannya di jalan kebaikan dan kebajikan. Bahkan, Edward Gibben, seorang sejarawan terkenal menyebut Aurelius sebagai kaisar terakhir dari lima kaisar terbaik. 

Aurelius juga banyak menuliskan jurnal perenungan diri, dan ide-ide serta pandangan stoic versi dirinya. Melalui jurnal-jurnal ini, ia banyak menemukan pemahaman mengenai siapa dirinya serta dampak apa yang ingin ia kontribusikan kepada dunia. Jurnal tersebut kemudian diterbitkan dalam buku berjudul "Meditations". Buku ini adalah karya terpenting dalam filsafat Stoikisme yang bisa dibaca hingga saat ini.

Bagaimana menerapkan Stoikisme dalam kehidupan sehari-hari?


 
Pandangan Stoikisme secara sederhana mengajarkan kita bagaimana cara menjaga pikiran dengan tenang dan rasional, tidak peduli hal buruk apapun yang terjadi pada diri kita, kita tetap fokus pada apa yang bisa kita kendalikan dan tidak khawatir atau memasrahkan hal-hal yang tak dapat kita kendalikan. Ajaran Stoikisme dapat diterapkan melalui beberapa hal penting berikut ini:

1. Fokus Pada Hal yang Bisa Kita Kendalikan


"The more we value things outside our control, the less control we have" (semakin kita menghargai hal-hal di luar kendali kita, maka semakin sedikit kendali yang kita miliki) -Epictetus. Maknanya, dari ungkapan tersebut, kita harus fokus pada hal yang bisa kita lakukan dan kita kendalikan. Tidak ada gunanya menghabiskan waktu untuk mengurusi hal-hal yang tidak bisa kita ubah. 

Contohnya adalah kenyataan bahwa seseorang terlahir dari keluarga yang miskin, tentu akan menghabiskan waktu bila ia terus-menerus meratapi nasib bahwa ia hanyalah orang miskin yang tak bisa melakukan banyak hal, karena keterbatasan biaya. Daripada berfokus pada kekurangan, lebih baik berfokus pada hal-hal apa yang bisa dilakukan dengan kekuatan yang dimiliki, misalnya menjadikan kemiskinan sebagai alasan untuk rajin belajar dan menjadi yang terbaik, serta menjadikannya sebagai alasan untuk giat bekerja dan terus meningkatkan skill. 

Epictetus 

Epictetus sendiri merupakan seorang budak yang terus menerus mendapatkan kekerasan. Bahkan, saking seringnya dipukuli, ia menderita pincang dan kelumpuhan. Namun, segala penderitaan tersebut tidak membuat Epictetus terpuruk. Justru, pengalaman buruk itulah yang ia jadikan pelajaran untuk mengembangkan dan mengajarkan filsafat Stoikisme dan membuatnya menjadi salah satu filsuf Yunani yang berpengaruh. Epictetus banyak menulis kutipan-kutipan dan karya tulis yang terkenal dalam Diskursus Epictetus.

Bayangkan jika Epictetus hanya meratapi nasib sebagai seorang budak yang cacat, yang tak bisa melakukan apapun selain mematuhi perintah tuannya... mungkin kita tidak akan mengenalnya dalam sejarah filsafat Stoikisme dan ia tak akan mungkin bisa semashur ini. 

2. Jangan Biarkan Dirimu Menderita dan Tenggelam Karena Memikirkan Banyak Masalah


Seneca, seorang negarawan Romawi, pengajar, sastrawan, dan filsuf Stoikisme, yang kemudian menjadi penasihat Kaisar Nero, pernah mengatakan:

People have suffered more often in imagination, than in reality" (Orang-orang lebih menderita karena imajinasi (pikirannya), daripada realita) -Seneca.

Terkadang, kita terlalu dalam menilai suatu masalah, terlalu sibuk menentukan siapa yang salah dan siapa yang benar, memikirkan bagaimana pendapat orang lain tentang diri kita, terlalu memikirkan bagaimana jika nanti tidak berjalan sesuai keinginan dan harapan kita. Akhirnya, kita tersiksa oleh pikiran kita sendiri, baik karena masalah yang telah terjadi, ataupun masalah yang belum terjadi. Hidup kita menjadi semakin terpuruk, padahal bisa jadi apa yang kita pikirkan itu tidaklah benar dan semu belaka. Menurut Epictetus, ketika masalah datang, manusia diberikan 2 pilihan:

  • Mengubahnya sesuai keinginan kita
  • Menerimanya dengan lapang dada, bahwa begitulah kenyataan yang terjadi
Mana yang akan kamu pilih?

Stoikisme mengajarkan kita untuk menerima kenyataan dan menggunakan hal-hal yang kita miliki dengan sebaik-baiknya, menerimanya sebagai hal yang terbaik yang harus terjadi dengan bahagia.

3. Buatlah Progress Setiap Hari, Meskipun Hanya Langkah Kecil


Well being is realised by small steps, but it's truly no small things (kesejahteraan dicapai dengan langkah-langkah kecil, tapi itu sama sekali bukan hal kecil) -Seno.

Ketika kamu memiliki satu tujuan atau cita-cita besar, maka buatlah target-target dalam jangka pendek untuk menuju ke cita-cita besarmu dan buatlah progress setiap harinya. Hal ini akan membantumu memandang cita-cita menjadi lebih realistis dan lebih nyata untuk dicapai. Jangan mengejar kesempurnaan, tapi kejarlah progress dan perkembangan, sehingga kamu selalu menjadi setingkat lebih baik dari hari kemarin. Jadi, apakah kesempurnaan itu benar-benar ada?

4. Pelajari Kehidupan dari Orang Hebat


Not to assume it's impossible because you find it hard. But to recognize that if it's humanly possible, you can do it too (Jangan menganggap sesuatu tidak mungkin dilakukan hanya karena kamu merasa sulit, tapi sadarilah bahwa jika orang lain dapat melakukannya, maka kamu bisa juga melakukannya) -Marcus Aurelius.

Marcus mengingatkan bahwa jika kita terus-menerus memiliki pandangan negatif, maka semua yang kita temui akan tampak negatif. Dan ketika kita berpikir kita tidak akan bisa melakukan sesuatu, kemungkinan besar kita tidak dapat melakukan sesuatu tersebut. Maka teruslah belajar dari orang hebat. Jika mereka bisa melakukannya, maka kamu pun bisa melakukannya.

5. Utamakan Keberanian, Kesederhanaan, Keadilan, Kebijaksanaan


- Keberanian

You have passed through life without an opponent. No one can ever know what you are capable of, not even you (Kamu telah melewati hidup tanpa lawan. Tidak ada yang pernah tahu, apakah kamu mampu, bahkan kamu sendiri tidak tahu) -Seneca.

Dunia kadang ingin tahu, di mana tempat yang tepat untukmu, itulah sebabnya, kadang-kadang kita menerima situasi yang sulit. Pikirkan bahwa ini bukan sebagai ketidaknyamanan, atau bahkan tragedi. Tetapi tanamkan dalam diri, bahwa ini merupakan suatu peluang, sebagai pertanyaan untuk jawaban :

Dimana Kamu Akan Berdiri Nanti?

- Kesederhanaan

Ask yourself at every moment: is this necessary? (Tanyakan pada dirimu sendiri setiap saat: Apakah ini perlu?) -Marcus Aurelius.

Lebih jauh lagi, Marcus mengatakan bahwa jika kita menginginkan ketenangan, maka lakukanlah hal-hal yang benar-benar kita perlukan saja, dengan begitu kita akan melakukan hal-hal yang kita butuhkan, dan menyisakan banyak waktu untuk diri sendiri.

- Keadilan

And a commitment to justice in your own acts. Which means: thought and action resulting in the common good. What you were born to do (Dan komitmen untuk keadilan dalam tindakanmu sendiri, dimana pikiran dan perbuatan akan menghasilkan kebaikan bersama. Untuk apa kita dilahirkan) -Marcus Aurelius.

Pada dasarnya, manusia tidak hanya dilahirkan untuk dirinya sendiri, namun juga diciptakan untuk manusia lainnya, agar mereka dapat saling berbuat baik satu sama lain, maka kita harus mengikuti nature untuk mewujudkan kontribusi kita untuk kebaikan bersama.

Lebih jauh lagi, Marcus Aurelius mengatakan bahwa Iman, Ketabahan, dan Kebenaran sangat penting untuk mempertimbangkan apa artinya bertindak tidak adil. 

- Kebijaksanaan

We were given two ears and one mouth for a reason: to listen more than we talk (Kita diberi dua telinga dan satu mulut, untuk sebuah alasan: agar lebih banyak mendengarkan daripada berbicara) -Zeno

Lebih lanjut, karena kita memiliki dua mata, maka kita berkewajiban untuk membaca dan mengamati lebih banyak daripada berbicara. Stoikisme mengajarkan untuk selalu bersikap bijaksana dimana kita perlu menjadi siswa yang rendah hati dan mencari guru yang hebat. Itulah mengapa kita tak boleh berhenti belajar dan berlatih. Kita harus bisa membedakan mana sinyal, mana noise (suara bising yang tak perlu dihiraukan).

6. Hargai Waktumu


Dalam buku On The Shortness of Life, Seneca menulis "It's not that we have a short space of time, but that we waste much of it" (bukan karena waktu kita yang singkat, tapi karena kita telah banyak menyia-nyiakannya).

Seneca banyak menulis ide-ide filsafatnya dalam surat-surat yang kemudian dikumpulkan menjadi sebuah buku yang penting dalam sejarah perkembangan filsafat stoikisme. Banyak di dalamnya, mengajarkan tentang bagaimana bersikap, hingga mengetahui emosi seseorang. Ia lebih memilih menggunakan jalan yang praktis dalam mengajarkan filsafat, dan beranggapan, bahwa filsafat seharusnya memberikan panduan yang mudah dipahami.

Banyak orang yang mengeluhkan betapa sedikitnya waktu yang mereka miliki dalam hidup, padahal menurut Seneca hidup ini cukup panjang dan telah diberikan dalam ukuran yang tepat untuk memungkinkan pencapaian-pencapaian yang besar jika kita dapat menggunakannya dengan baik.

Tetapi ketika waktu disia-siakan dalam kemewahan dan kecerobohan, hingga digunakan untuk tujuan yang tidak baik, dan kemudian kita mulai menyadari ada banyak hal penting yang harus kita lakukan, kita melihat semuanya sudah berlalu, waktu kita mulai habis.

Sebenarnya hidup kita cukup panjang untuk orang-orang yang dapat menggunakannya dengan benar. Pada intinya, kehidupan akan selalu memberikan kejutan kepada kita. Adakalanya manis, adakalanya pahit. Namun, pilihan ada di tangan kita. Apakah kita mengartikannya sebagai sebuah musibah atau menerimanya dengan ikhlas dan melihatnya sebagai tempat yang membuat kita menjadi lebih baik. The choice is yours!

Special thanks untuk channel @1 hari sukses
>