Gusrakk!!!
Terlihat teman-teman sedang sibuk komat-kamit melafalkan materi satu semester lalu, yang akan diujikan sebentar lagi. Dosenku memang telah memberikan kisi-kisi ujian jauh hari sebelumnya, namun tetap saja, hampir semua yang keluar dalam ujian tersebut masih bermodel hafalan, sehingga mau bagaimanapun, jawaban mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
Memang, harus diakui bahwa metode menghafal di satu sisi mampu melatih daya ingat, dan membuat jawaban rapi dan tersusun sistematis, namun di sisi lain metode menghafal dapat menimbulkan penyakit verbalisme, yakni suatu kondisi dimana peserta didik hanya mampu mengenal istilah, rumus, dan kata, akan tetapi tidak mampu menangkap maksud secara substansial dan kontekstual. Itupun kalau ingat, kalau sehabis menghafalkan malah lupa? Tidak dapat apa-apa, dong!
Benar saja, setelah ujian berakhir, berakhir pula berbagai rentetan istilah yang tadinya dihafal secara masal tersebut. Artinya, yang didapatkan hanyalah angka (nilai), bukan pada aspek kepahaman. Nah, kelemahan-kelemahan metode menghafal ini, harusnya menjadi fokus bagi sistem pendidikan di Indonesia, sehingga bisa lebih baik dari sebelumnya. Bagaimana tidak, orientasi seseorang menghafal sedari awal sudah berupa tekanan dan itu juga yang menjadi beban tersendiri bagi pelajar, bukan sebagai suatu gerakan nurani untuk memperoleh pengetahuan.
Untuk mahasiswa sepertiku, yang pikirannya selalu "ada-ada saja" ketika di kelas, kondisi hafal-menghafal ini terasa sangat tidak relevan dengan tuntutan di dunia kerja nantinya. Oleh karena itu, tak jarang aku memanfaatkan berbagai kesempatan yang diberikan dosen untuk mengeksplor sedalam mungkin terkait hal yang aku ketahui. Tak sedikit pula, aku melemparkan pertanyaan dalam sebuah forum, yang dapat menghidupkan suasana diskusi jadi lebih kritis dalam memandang suatu permasalahan.
Aku sadar, bahwa kebutuhan yang sebenarnya dalam dunia kerja berupa pemecahan masalah yang akan dihadapi, sehingga suatu perusahaan nantinya dapat mempertahankan eksistensi tersebut. Metode inilah yang kemudian dikenal dengan istilah Kurikulum Internasional.
Kurikulum internasional cenderung lebih menekankan pada cara berpikir kritis. Para peserta didik diajak untuk berpikir terkait apa yang akan terjadi di masa mendatang namun dengan keputusan yang cermat.
Penerapan kurikulum internasional dalam sistem pendidikan Indonesia, memiliki peran penting untuk mencetak lulusan yang memiliki daya saing. Tak hanya secara nasional, namun juga mampu bersaing dengan lulusan dari berbagai lembaga pendidikan yang ada di dunia. Setidaknya, terdapat 6 peran penting penerapan Kurikulum Internasional di Indonesia diantaranya:
1. Meningkatkan Kompetensi Berbahasa Asing
Kemampuan bahasa asing peserta didik akan senantiasa terasah dengan baik. Hal ini karena bukan sekedar menjadi prasyarat, tetapi bagian dari bahasa komunikasi dalam pembelajaran sehari-hari bagi lembaga yang menerapkan sistem pendidikan internasional.
Semua keterampilan serta kemampuan dalam berbahasa asing tumbuh dan berkembang di sini. Keterampilan mendengarkan, membaca, menulis, hingga berbicara terbangun secara beriringan karena sudah menjadi tuntutan bagi mereka.
2. Meningkatkan Kompetensi Lulusan
Kompetensi ini dibangun melalui aktivitas yang dilakukan selama menuntut ilmu di lembaga pendidikan yang menerapkan kurikulum internasional. Sebagai contoh mahasiswa di kampus international akan mendapatkan pelatihan yang berhubungan dengan kompetensi bekerja seperti pelatihan profesional dan persiapan karir.
3. Membangun Kemampuan Berpikir Kritis dan Problem Solving
Problem solving adalah kemampuan menemukan masalah dan memecahkannya dengan baik. Selama menempuh pendidikan, para peserta didik akan dituntut untuk bisa berpikir kritis dan menemukan solusi dari permasalahan yang ada.
Dalam penerapan kurikulum internasional, selama proses belajar tidak hanya difokuskan pada kemampuan numerik, namun juga hal lainnya seperti science, etika, dan sosial. Dampak positifnya mereka bisa berpikir secara utuh dalam mengatasi suatu permasalahan.
4. Memberikan Pengalaman Kerja
Lembaga pendidikan tingkat universitas yang menerapkan kurikulum internasional akan menerjunkan mahasiswanya dalam program magang/internship di perusahaan. Selain itu, selama menempuh kuliah mereka juga mendapatkan kesempatan praktikum di laboratorium pendukung yang sangat memadai. Mendapatkan pelatihan aplikasi software yang ada dalam dunia industri. Sehingga mereka betul-betul siap saat terjun ke dunia industri.
5. Mempersiapkan Bekal Menuju Dunia Kerja
Tak hanya memberikan pengalaman melalui internship atau magang diperusahaan, kampus yang menerapkan kurikulum internasional juga membekali mahasiswanya dengan pembekalan kompetensi bekerja seperti persiapan Curriculum Vitae, bagaimana mempersiapkan dan mengikuti interview, hingga cara berkomunikasi dan presentasi.
6. Pemahaman Budaya Antar Negara
Biasanya pendidikan internasional tidak hanya menerima peserta didik dari dalam negeri. Tetapi juga menerima peserta didik dari luar negeri. Tentunya hal ini akan membuat mereka bisa saling bertukar pikiran, budaya, dan cara pandang serta cara berpikir.