Komentar
source image: okezone
Apa Itu Diet Yoyo?
Diet yoyo adalah pola makan yang melibatkan siklus berulang dari penurunan berat badan yang cepat diikuti oleh pemulihan berat badan secara cepat pula. Dalam diet yoyo, seseorang seringkali mengadopsi diet ekstrem yang sangat rendah kalori atau menghindari kelompok makanan tertentu untuk mencapai penurunan berat badan yang cepat. Namun, begitu diet tersebut dihentikan, berat badan seringkali kembali naik dengan cepat.
Diet yoyo seringkali tidak sehat dan dapat memiliki dampak buruk pada kesehatan jangka panjang. Penurunan berat badan yang drastis dapat mengganggu metabolisme, menyebabkan penurunan massa otot, dan menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi. Selain itu, siklus diet yoyo juga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan meningkatkan risiko penyakit seperti penyakit kardiovaskular dan diabetes. Nah, kita semua wajib tahu nih, mengapa diet yoyo bisa terjadi, apa penyebabnya?
Penyebab Diet Yoyo
Ada beberapa metode penurunan berat badan yang tidak sehat yang dapat meningkatkan risiko diet yoyo atau siklus berulang dalam penurunan berat badan.
Salah satunya adalah mengandalkan cara-cara instan seperti minum pil pelangsing atau obat-obatan penurun berat badan. Pendekatan ini sering kali tidak sehat dan hanya memberikan hasil yang sementara. Orang yang menggunakan metode ini sering kali tidak mengubah gaya hidup mereka secara keseluruhan, sehingga ketika mereka berhenti mengonsumsi pil pelangsing atau obat penurun berat badan, berat badan mereka mudah naik kembali.
Metode lain yang tidak sehat adalah pembatasan asupan kalori secara berlebihan. Meskipun pembatasan kalori dapat menyebabkan penurunan berat badan, yang terjadi sebenarnya adalah penurunan massa otot bukan massa lemak. Ketika tubuh kehilangan massa otot, metabolisme tubuh menurun sebagai respons adaptasi.
Penurunan metabolisme ini menjadi alasan mengapa orang seringkali mengalami peningkatan berat badan setelah berhenti melakukan pembatasan asupan kalori. Pada akhirnya, menurunkan berat badan menjadi lebih sulit karena tingkat metabolisme tubuh sudah turun.
Wah, ternyata diet yoyo bisa menimbulkan efek domino jangka panjang yah, sehingga kita harus mencegahnya agar bisa menjalani diet yang aman. Bagaimana tipsnya nih, dalam mencegah dan mengatasi diet yoyo?
Tips Mencegah Diet Yoyo
 |
| source image: medkomtek |
Untuk menghindari diet yoyo dan mencapai penurunan berat badan yang berkelanjutan, berikut beberapa langkah yang dapat diambil:
A. Sesuaikan Pembatasan Asupan Kalori:
Hindari diet yang membatasi secara drastis seluruh jenis makanan atau menyiksa diri sendiri. Pilihlah program diet yang realistis dan dapat dipertahankan dalam jangka panjang.
B. Terapkan Mindful Eating:
Penting untuk menjadi sadar terhadap makanan dan minuman yang dikonsumsi. Hindari makan secara tidak sadar (mindless eating). Bacalah label informasi gizi dan perhatikan apa yang Anda makan serta batasan asupan harian yang disarankan.
C. Berolahraga Secara Rutin:
Lakukan olahraga secara teratur selama minimal 150 menit per minggu. Olahraga dapat membantu dalam penurunan berat badan dan mencegah terjadinya diet yoyo.
D. Ubah Mindset:
Harus diingat bahwa tidak ada hasil yang instan, termasuk dalam penurunan berat badan. Jika berat badan turun dengan cara yang tidak sehat atau instan, kemungkinan besar akan terjadi peningkatan berat badan kembali. Ubah mindset Anda dengan mengedepankan penurunan berat badan secara sehat melalui diet gizi seimbang, olahraga teratur, tidur yang cukup, dan manajemen stres yang baik.
E. Berkonsultasi dengan Ahli Gizi:
Ketika mengalami kesulitan seperti fase stagnasi penurunan berat badan atau terjebak dalam siklus diet yoyo, penting untuk berkonsultasi dengan ahli gizi. Mereka dapat membantu menentukan kebutuhan kalori berdasarkan pola makan, tingkat aktivitas fisik, dan riwayat kesehatan Anda. Dengan pengetahuan tentang kebutuhan kalori yang sesuai, ahli gizi dapat menyusun rencana makan yang tepat untuk mencegah terjebak dalam siklus diet yoyo.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini dan mengadopsi pendekatan yang sehat dan berkelanjutan dalam penurunan berat badan, Anda dapat menghindari diet yoyo dan mencapai keberhasilan jangka panjang dalam upaya penurunan berat badan.
Ingin Turunkan Berat Badan secara Alami? Sirka Bisa Bantu Kamu, lho!
Sirka merupakan sebuah aplikasi kesehatan yang menawarkan solusi untuk masalah berat badan, kesehatan wanita, dan penyakit kronis. Aplikasi ini memberikan pendampingan dari praktisi kesehatan yang terdaftar di bawah PT Sejuta Kawan Sehat. Melalui Sirka, pengguna dapat terhubung dengan dokter dan ahli gizi berlisensi untuk mendapatkan bantuan yang dibutuhkan.
Program Sirka mengadopsi pendekatan pola makan teratur, sehat, dan bergizi seimbang. Dalam program ini, tim ahli akan memberikan dukungan dengan menetapkan target zat gizi yang dibutuhkan, memberikan rekomendasi meal plan yang sesuai, dan merekomendasikan jenis olahraga yang disesuaikan dengan kondisi tubuh dan tujuan masing-masing klien secara personal.
Kamu bisa pilih program dengan durasi 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 6 bulan, atau 12 bulan, dengan pendampingan secara profesional oleh ahligizi/dietisen serta didukung juga pengawasan dari sport coach secara personalized, sehingga kamu bisa mencapai target berat badan ideal yang kamu inginkan!
Referensi:
Montani, J. P., Viecelli, A. K., Prévot, A., & Dulloo, A. G. (2015). Weight cycling during growth and beyond as a risk factor for later cardiovascular diseases: the ‘repeated overshoot’ theory. International Journal of Obesity, 39(6), 943–946. doi: 10.1038/ijo.2015.23
Byrne, S., Cooper, Z., & Fairburn, C. (2003). Weight maintenance and relapse in obesity: a qualitative study. International Journal of Obesity, 27(8), 955–962. doi: 10.1038/sj.ijo.0802305
Dulloo, A. G., & Montani, J. P. (2012). Pathways from dieting to weight regain, to obesity and to the metabolic syndrome: an overview. Obesity Reviews, 14(S2), 1–6. doi: 10.1111/j.1467-789X.2012.01016.x
Mann, T., Tomiyama, A. J., Westling, E., Lew, A. M., Samuels, B., & Chatman, J. (2007). Medicare's search for effective obesity treatments: diets are not the answer. American Psychologist, 62(3), 220–233. doi: 10.1037/0003-066X.62.3.220