Kategori Berita

ZMedia

Mengenal Adat Turonggo Yakso, Sejarah dan Maknanya

Faisol abrori
Berita ambon Berita maluku
Minggu, 25 Februari 2024

 

Turonggo Yakso

Trenggalek, Jawa Timur menyimpan kekayaan budaya yang beragam, salah satunya adalah kesenian jaranan Turonggo Yakso. Kesenian ini berasal dari Desa Dongko dan merupakan perpaduan antara tradisi jaranan dan budaya lokal. Turonggo Yakso menghadirkan keunikan dan daya tarik tersendiri, menjadikannya salah satu ikon budaya Trenggalek yang patut dilestarikan.


Sejarah dan Makna


Kesenian Turonggo Yakso terinspirasi dari ritual Baritan, sebuah tradisi tolak bala dan syukuran panen masyarakat Dongko. Kata "Turonggo" berarti kuda, sedangkan "Yakso" merujuk pada raksasa. Perpaduan ini melambangkan pertempuran antara kebaikan dan keburukan, di mana kuda melambangkan kekuatan positif dan raksasa melambangkan hawa nafsu.


Pertunjukan dan Keunikan


Pertunjukan Turonggo Yakso biasanya diawali dengan ritual doa dan pemanggilan arwah. Para penari kemudian menari dengan kuda kepang yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau, diiringi oleh musik gamelan Jawa yang energik. Ciri khas Turonggo Yakso terletak pada kuda kepangnya yang memiliki kepala raksasa berambut lebat, melambangkan nafsu dan angkara murka.


Gerakan tarian Turonggo Yakso didominasi oleh gerakan energik dan akrobatik, menandakan kekuatan dan keberanian. Para penari menari dengan penuh semangat, seolah-olah sedang berperang melawan raksasa. Keunikan lain dari Turonggo Yakso adalah penggunaan topeng raksasa yang dikenakan oleh beberapa penari, menambah kesan mistis dan magis pada pertunjukan.


Nilai Budaya dan Makna


Kesenian Turonggo Yakso tidak hanya menghibur, tetapi juga mengandung nilai budaya dan makna yang mendalam. Pertunjukan ini merupakan wujud rasa syukur masyarakat atas panen yang berlimpah, serta doa tolak bala untuk mengusir roh jahat dan penyakit. Selain itu, Turonggo Yakso juga menyampaikan pesan moral tentang pentingnya melawan hawa nafsu dan angkara murka.


Pelestarian dan Potensi


Kesenian Turonggo Yakso terus dilestarikan oleh masyarakat Dongko dan Trenggalek. Pertunjukannya sering ditampilkan dalam berbagai acara adat dan festival budaya. Turonggo Yakso juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata budaya, menarik wisatawan lokal dan mancanegara.


Ritual adat Turonggo Yakso ditampilkan dalam film horor "Sinden Gaib (2024)" yang diangkat dari kisah nyata dan menjadi daya tarik tersendiri dalam seni perfilman Indonesia.


Dengan mengenal Turonggo Yakso memberikan kita gambaran tentang kekayaan budaya Trenggalek yang unik dan penuh makna. Kesenian ini patut dilestarikan dan dipromosikan agar semakin dikenal dan digemari oleh masyarakat luas.

>